Senin, 01 Juli 2013

KHUSNUL KHATIMAH

SELAMA HIDUP
MENJAGA PERINTAH ALLAH, ALLAH
MEMBANTUNYA UNTUK KHUSNUL
KHATIMAH - Husnul khatimah adalah
akhirnya yang baik. Yaitu seorang
hamba, sebelum meninggal, ia diberi
taufiq untuk menjauhi semua yang
dapat menyebakan kemurkaan Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Dia bertaubat
dari dosa dan maksiat, serta
semangat melakukan ketaatan dan
perbuatan-perbu atan baik, hingga
akhirnya ia meninggal dalam kondisi ini.
Dalil yang menunjukan makna ini, yaitu
hadits shahih dari Anas bin Malik
Radhiyallahu 'anhu, ia berkata,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
ﺍَﺫِﺇ ُﻪﻠﻟﺍ َﺩﺍَﺭَﺃ ﺍًﺮْﻴَﺧ ِﻩِﺪْﺒَﻌِﺑ
:ﺍُﻮُﻟَﺎﻗ ،ُﻪَﻠَﻤْﻌَﺘْﺳﺍ َﻒْﻴَﻛ
؟ُﻪُﻠِﻤْﻌَﺘْﺴَﻳ :َﻝﺎَﻗ ٍﻞَﻤَﻌِﻟ ُﻪُﻘِّﻓَﻮُﻳ
ٍﺢِﻟﺎَﺻ َﻞْﺒَﻗ .ِﻪِﺗْﻮَﻣ ﻡﺎﻣﻹﺍ ﻩﺍﻭَﺭ
ﺪـﻤﺣﺃ ﻱﺬﻣﺮﺘﻟﺍﻭ ﺢﺤﺻﻭ ﻢﻛﺎﺤﻟﺍ
ﻲﻓ ﻙﺭﺪﺘﺴﻤﻟﺍ .
"Apabila Allah menghendaki kebaikan
pada hambanya, maka Allah
memanfaatkannya ”. Para sahabat
bertanya,”Bagai mana Allah akan
memanfaatkannya ?” Rasulullah
menjawab,”Allah akan memberinya
taufiq untuk beramal shalih sebelum
dia meninggal.” [HR Imam Ahmad,
Tirmidzi, dan dishahihkan al Hakim
dalam Mustadrak.]
Keadaan seseorang saat tutup usia
memiliki nilai tersendiri, karena
balasan baik dan buruk yang akan
diterimanya tergantung pada
kondisinya saat tutup usia.
Sebagaimana dalam hadits yang
shahih :
ﺎَﻤَّﻧﺇ ﻢْﻴِﺗﺍَﻮـَﺨﻟﺎِﺑ ُﻝﺎَﻤْﻋَﻷﺍ ُ
ﻩﺍﻭﺭ ُﻩُﺮْﻴَﻏﻭ ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ .
"Sesungguhnya amalan itu
(tergantung) dengan penutupnya".
[HR Bukhari dan selainnya]
Oleh sebab itulah, seorang hamba
Allah yang shalih sangat
merisaukannya. Mereka melakukan
amal shalih tanpa putus, merendahkan
diri kepada Allah agar Allah
memberikan kekuatan untuk tetap
istiqamah sampai meninggal. Mereka
berusaha merealisasikan wasiat Allah
Azza wa Jalla :
"Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dengan
sebenar-benar takwa, dan janganlah
kalian mati melainkan dalam keadaan
muslim (berserah diri)". [Ali Imran :
102]
Imam Muslim rahimahullah
meriwayatkan sebuah hadits dalam
Shahih-nya, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin
Ash Radhiyallahu 'anhuma , dia
mengatakan :
ُﺖْﻌِﻤَﺳ َﻝْﻮُﺳَﺭ :ُﻝْﻮُﻘَﻳ ِﻪﻠﻟﺍ َﺏْﻮُﻠُﻗ َّﻥِِﺇ
َﻡَﺩﺁ ْﻲِﻨَﺑ ﺎَﻬُّﻠُﻛ ِﻦْﻴَﺒْﺻَﺃ َﻦْﻴَﺑ ْﻦِﻣ
ِﻊِﺑﺎَﺻَﺃ ٍﺐْﻠَﻘَﻛ ِﻦَﻤْﺣَّﺮﻟﺍ ُﻪُﻓِّﺮَﺼُﻳ ٍﺪِﺣﺍَﻭ
ُﺚْﻴَﺣ ،ُﺀﺎَﺸَﻳ َﻝﺎَﻗ َّﻢُﺛ َﻝْﻮُﺳَﺭ : ِﻪﻠﻟﺍ
َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ َﻑِّﺮَﺼُﻣ ِﺏْﻮُﻠُﻘﻟﺍ ْﻑِّﺮَﺻ ﺎَﻨَﺑْﻮُﻠُﻗ
َﻚِﺘَﻋﺎَﻃ ﻰَﻠَﻋ .
"Saya mendengar Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya kalbu-kalbu keturunan
Adam berada di antara dua jari dari
jari-jari Allah laksana satu hati, Allah
membolak-balika nnya sesuai
kehendakNya,” kemudian beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa:
“Ya Allah, Dzat yang membolak-
balika n hati, palingkanlah hati-hati
kami kepada ketaatanMu".
Itulah pentingnya kondisi tutup usia.
Sementara itu, kondisi seseorang
pada detik-detik terakhir
kehidupannya ini, tergantung amal
perbuatan pada masa lampau.
Barangsiapa yang berbuat baik di
saat waktu dan usianya memungkinan,
maka insya Allah akhir hidupnya baik.
Dan jika sebaliknya, maka sudah tentu
kejelekan yang akan menimpanya. Allah
tidak akan pernah menzhaliminya,
meskipun sedikit.
Allah SWT Berfirman,"Alla h
meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat; dan Allah menyesatkan
orang-orang yang zhalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki".
[Ibrahim : 27].
Maka, orang yang dilalaikan hatinya
dari mengingat Allah, (selalu)
memperturutkan nafsunya dan
melampaui batas, bagaimana mungkin
diberi petunjuk agar husnul khatimah?
Orang yang hatinya jauh dari Allah
Azza wa Jalla, lalai dariNya,
mengagungkan nafsunya,
menyerahkan kepada syahwatnya,
lisannya kering dari dzikir, serta
anggota badannya terhalang dari
ketaatan dan sibuk dengan maksiat,
melanggar dengan penuh kesombongan,
tertawa dengan maksiat dan
meremehkan petunjuk-Nya, maka
mustahil diberi petunjuk agar akhir
kehidupannya baik (husnul khatimah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon dukungan komentarnya ya