Rabu, 20 Maret 2013

sholat tahajud

SHALAT TAHAJUD
TINGKAT TINGGI - “Shalat malam
akan mengangkat derajat orang
yang lemah, memuliakan orang
yang terhina, puasa di siang hari
akan menjauhkan seorang hamba
dari godaan syahwat dan tidak ada
waktu istirahat bagi seorang
mukmin sebelum surga” Ucap
seorang ulama shaleh terdahulu.
Ibnu Abbas berkata: “barangsiapa
yang ingin dimudahkan oleh Allah
dari lamanya berdiri pada hari
kiamat maka hendaklah dia terlihat
oleh Allah dalam keadaan sujud dan
berdiri di kegelapan malam takut
akan akhirat dan berharap rahmat
Allah”. Mereka adalah hamba-
hamba Allah yang menghabiskan
waktu malamnya dalam sujud dan
berdiri, menegakkan Shalat,
mengangkat dirinya dari empuknya
kasur, heningnya malam, mereka
kalahkan godaan tidur,
mengutamakan bermunajat pada
Allah, mengharap pahalanya dan
takut akan siksanya
Salah seorang ulama terdahulu
bangun di malam yang sangat
dingin, saat meletakkan tangannya
di bejana air, beliau merasakan
sakit karena saking dinginnya air
itu, beliau ingin kembali ke atas
tempat tidur dan tidak wudhu,
namun beliau paksakan mencelupkan
tangannya ke dalam air seraya
berkata: “sungguh ini lebih ringan
daripada panasnya api jahanam”
Allah SWT Berfirman : Lambung
mereka jauh dari tempat tidurnya
dan mereka selalu berdoa kepada
Rabbnya dengan PENUH RASA
TAKUT dan harap, serta mereka
menafkahkan apa apa rezki yang
kami berikan. Tak seorangpun
mengetahui berbagai nikmat yang
menanti, yang indah dipandang
sebagai balasan bagi mereka, atas
apa yang mereka kerjakan. (QS.
As-Sajdah: 16-17)
Rasulullah SAW Bersabda,“Setan
mengikat pada ujung kepala salah
seorang diantara kalian jika tidur
dengan tiga ikatan. Masing-masing
ikatan mengatakan : “Engkau masih
memiliki malam yang panjang, maka
tidurlah!’ Jika ia bangun lantas
menyebut nama Allah, maka
terlepaslah satu ikatan. Jika ia
berwudlu, maka lepaslah ikatan
berikutnya. Dan jika ia
mengerjakaan sholat, maka
terlepaslah satu ikatan lagi,
sehingga keesokan harinya ia
menjadi giat, demikian juga jiwanya
akaan menjadi baik. Jika tidak
demikian, maka keesokan harinya ia
menjadi kotor jiwanya lagi
pemalas.” (HR. Muslim 1163).
Ibnu Jauzi berkata : Aku menangis
bukan karena takut mati atau
karena kecintaanku kepada dunia.
Akan tetapi, yang membuatku
menangis adalah kesedihanku
karena aku tidak bisa lagi berpuasa
dan shalat malam.”
Keterkaitan Shalat malam adalah
kecintaan kepada Allah dan akhirat,
kekuatan Ulama terdahulu
dikarenakan karena mereka merasa
cukup, ikhlas yang tinggi dalam hati
hanya mengharapkan keridhoan
Allah SWT.
Sebagian ulama salaf
melaksanakan Shalat subuh dengan
wudhu Shalat isya’nya.
Sebagian lagi Shalat subuh dengan
wudhu Shalat Isya selama 40
tahun.
Apakah ini terjadi begitu saja?
Tidak, semuanya membutuhkan
proses dan perjuangan.
Tsabit Al Banani berkata, “Saya
merasakan kesulitan untuk shalat
malam selama 20 tahun dan saya
akhirnya menikmatinya 20 tahun
setelah itu. Jadi total beliau
membiasakan shalat malam selama
40 tahun. Ini berarti shalat malam
itu butuh usaha, kerja keras dan
kesabaran agar seseorang
terbiasa mengerjakannya.
Beginilah keadaannya, selalu dalam
peperangan menghadapi dirinya dan
setan.
Sebagian mengatakan: “dulu bangun
malam amat sulit untukku, aku
berjuang sekuat tenaga sehingga
aku bisa menikmati lezatnya selama
dua puluh tahun.
‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhu
berkata, “Satu raka’at shalat
malam itu lebih baik dari sepuluh
rakaat shalat di siang hari.”
Al-Hasan berkata: Bersungguh-
sunn guhlah (untuk beribadah)
pada waktu malam dan
perpanjanglah shalat kalian
sehingga waktu menjelang pagi,
kemudian duduklah untuk berdo’a,
merendahkan diri (di hadapan
Allah) dan beristigfar
Ada yang berkata pada Al Hasan
Al Bashri , “Begitu menakjubkan
orang yang shalat malam sehingga
wajahnya nampak begitu indah dari
lainnya.” Al Hasan berkata,
“Karena mereka selalu bersendirian
dengan Ar Rahman -Allah Ta’ala-.
Jadinya Allah menghadiahkan
sebagian dari cahaya-Nya pada
mereka.”
Dilapangan begitu dekat para
dhuafa yang mengaji ilmu hingga
cinta dengan amal shalih, mereka
mudah beranjak dengan kualitas
shalat malam, dan mereka akhirnya
begitu bersyukur dengan duniawi
yang tak seberapa. Namun bila
dunia dijadikan ambisi, bila dunia
dijadikan final harapan, dan bila
hati begitu sangat berharap
kepada duniawi sampai melupakan
balasan akhirat yang jauh lebih
kekal dan mencekam, maka shalat
malam bisa jadi kurang berkualitas,
jiwa dirinya masih memikirkan
faktor duniawi dengan segala
kelezatan yang padahal akan sirna
bersama waktu.
Shalat malam yang khusyu,
mengalir dari jiwa yang ridho dan
ikhlas akan buah ilmu dari tabiat
shalihin, dari jiwa yang mengenal
ilmu lalu ia mencari pengorbanan
pengabdian dan besarnya berharap
kepada Allah SWT akibat kelezatan
imannya, mereka tidak mencari misi
demi wajah manusia lain, tidak
mencari atau menunjukkan gelar
demi publikasi duniawi, apa adanya
karena keyakinan akan rizki-Nya
telah dijatah dalam catatan
kehidupan tanpa ditambah dan
dikurangi, azab teguran datang
akibat maksiat diri, kurangnya
bersyukur yang dibuktikan dalam
pengabdian. Ketaatan yang
terpenting walau yang diterimanya
ialah ujian, itu adalah cara Allah
SWT menyempurnakan amal ibadah
hamba-Nya, walau yang diterima
duniawi yang berlebih maka hatinya
sudah siap memberlakukan duniawi
yang ia dapatkan juga demi mencari
keredhoan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon dukungan komentarnya ya