Rabu, 27 Maret 2013

WASPADA PENANGGUHAN AZAB!!!

( KEHIDUPAN ) WASPADA
PENANGGUHAN AZAB ATAU
ISTIDRAJ - Seseorang mungkin
dengan mudah bisa lepas dari hukum
manusia atau hukum dunia. Tetapi,
ia tidak akan bisa menghindar sama
sekali dari hukum Allah di akhirat
kelak. Ia tidak akan dapat meminta
penangguhan sedikit pun, karena ia
telah diberikan penangguhan itu di
dunia, namun ia tidak
memanfaatkannya .
Sesungguhnya Allah Maha Melihat
dan Maha Mengetahui akan
keadaan hamba-hamba-Nya . Tidak
ada sesuatu pun yang tersembunyi
dari Allah. Maka, janganlah
seseorang yang berbuat dosa
tetapi belum mendapat azab atas
perbuatannya menyangka bahwa
Allah tidak tahu atau tidak murka
dengan perbuatannya. Jika ia
berpikiran demikian, sungguh ia
telah tertipu oleh kebodohannya
sendiri. Sesungghnya azab dunia
itu jauh lebih ringan daripada azab
akhirat. Azab akhirat jauh lebih
berat dan lebih pedih di luar yang
dapat dibayangkan manusia.
Allah SWT telah berfirman, "Dan
kalau sekiranya Allah menghukum
manusia disebabkan yang mereka
perbuat, niscaya Dia tidak akan
meninggalkan di atas permukaan
bumi ini satu makhluk melata pun,
akan tetapi Allah menangguhkan
mereka sampai waktu yang telah
ditentukan. Maka apabila datang
ajal mereka, maka sesungguhnya
Allah Maha Melihat hamba-hamba-
Nya ." (Faathir: 45)
Bayangkanlah, betapa panasnya
lahar yang mengalir dari letusan
gunung berapi. Kemudian,
bayangkan bahwa Anda berada di
dalam lahar itu. Nah, ketahuilah
bahwa panas dunia ini hanyalah
satu bagian dari tujuh puluh panas
neraka. Bisakah kita
membayangkan pedihnya disiksa
dengan api yang lebih panas tujuh
puluh kali dari api dunia ini?
Sungguh kepedihan yang tak
terperikan.
Maka, sungguh beruntunglah orang
yang memanfaatkan kesempatan
taubat yang diberikan Allah. Dan,
merugilah orang yang diberi
kesempatan tetapi tidak
memanfaatkannya . Penyesalan di
akhirat nanti tidak akan berguna
sedikit pun. Penyesalan di dunia
adalah suatu awal yang baik untuk
kembali ke jalan Allah dan meraih
ampunan-Nya.
Dari Ubah bin Amir radhiallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
َﺖْﻳَﺃَﺭ ﺍَﺫِﺇ ﻰﻟﺎَﻌَﺗ َﻪَّﻠﻟﺍ ﻲِﻄْﻌُﻳ
َﺪْﺒَﻌْﻟﺍ َﻦِﻣ ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ﺎَﻣ ُّﺐِﺤُﻳ َﻮُﻫَﻭ
ٌﻢﻴِﻘُﻣ ﻰَﻠَﻋ ﺎَﻤَّﻧِﺈَﻓ ِﻪﻴِﺻﺎَﻌَﻣ َﻚِﻟَﺫ
ُﻪْﻨِﻣ ٌﺝﺍَﺭْﺪِﺘْﺳﺍ
“Apabila Anda melihat Allah
memberikan kenikmatan dunia
kepada seorang hamba, sementara
dia masih bergelimang dengan
maksiat, maka itu hakikatnya
adalah istidraj dari Allah.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam membaca firman Allah,
ﺎَّﻤَﻠَﻓ ﺍﻮُﺴَﻧ ﺎَﻣ ﺍﻭُﺮِّﻛُﺫ ﺎَﻨْﺤَﺘَﻓ ِﻪِﺑ
َﺏﺍَﻮْﺑَﺃ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ِّﻞُﻛ ٍﺀْﻲَﺷ ﻰَّﺘَﺣ ﺍَﺫِﺇ
ﺎَﻤِﺑ ﺍﻮُﺣِﺮَﻓ ﺍﻮُﺗﻭُﺃ ْﻢُﻫﺎَﻧْﺬَﺧَﺃ
ًﺔَﺘْﻐَﺑ ﺍَﺫِﺈَﻓ ْﻢُﻫ َﻥﻮُﺴِﻠْﺒُﻣ
“Tatkala mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kami pun
membukakan semua pintu-pintu
kesenangan untuk mereka;
sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang telah
diberikan kepada mereka, Kami
siksa mereka dengan sekonyong-
konyo ng, maka ketika itu mereka
terdiam berputus asa.” (QS. Al-
An’am: 44)
(HR. Ahmad, no.17349, Thabrani
dalam Al-Kabir, no.913, dan
disahihkan Al-Albani dalam As-
Shahihah, no. 414).
Istidraj secara bahasa diambil dari
kata da-ra-ja (Arab: ﺝﺭﺩ ) yang
artinya naik dari satu tingkatan ke
tingkatan selanjutnya. Sementara
istidraj dari Allah kepada hamba
dipahami sebagai ‘hukuman’ yang
diberikan sedikit demi sedikit dan
tidak diberikan langsung. Allah
biarkan orang ini dan tidak
disegerakan adzabnya. Allah
berfirman,
ﻪُﺟِﺭْﺪَﺘْﺴَﻨَﺳ ْﻡُ ُﺚْﻴَﺣ ْﻦِﻣ َﻻ َﻥﻮُﻤَﻠْﻌَﻳ
“Nanti Kami akan menghukum
mereka dengan berangsur-angsu r
(ke arah kebinasaan) dari arah
yang tidak mereka ketahui.” (QS.
Al-Qalam: 44)
Semua tindakan maksiat yang
Allah balas dengan nikmat, dan
Allah membuat dia lupa untuk
beristighfar, sehingga dia semakin
dekat dengan adzab sedikit demi
sedikit, selanjutnya Allah berikan
semua hukumannya, itulah istidraj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon dukungan komentarnya ya