Jumat, 15 Maret 2013

KEWAJIBAN BERJILBAB

( HIKMAH ) KEWAJIBAN
BERJILBAB DAN BERBAGAI
ALASAN MEREMEHKANNYA -
Banyak syubhat di lontarkan
kepada kaum muslimah yang ingin
berjilbab. Syubhat yang ‘ngetrend’
dan biasa kita dengar adalah ”Buat
apa berjilbab kalau hati kita belum
siap, belum bersih, masih suka
‘ngerumpi’ berbuat maksiat dan
dosa-dosa lainnya, percuma dong
pake jilbab! Yang penting kan hati!
lalu tercenunglah saudari kita ini
membenarkan pendapat kawannya.
Syubhat lainnya lagi adalah ”Liat
tuh kan ada hadits yang berbunyi:
Sesungguhnya Allah tidak melihat
pada bentuk(rupa) kalian tapi Allah
melihat pada hati kalian..!. Jadi
yang wajib adalah hati, menghijabi
hati kalau hati kita baik maka baik
pula keislaman kita walau kita tidak
berkerudung!. Benarkah demikian ya
ukhti,, ??
Saudariku muslimah semoga Allah
merahmatimu, siapapun yang
berfikiran dan berpendapat
demikian maka wajiblah baginya
untuk bertaubat kepada Allah
Ta’ala memohon ampun atas
kejahilannya dalam memahami
syariat yang mulia ini. Jika agama
hanya berlandaskan pada akal dan
perasaan maka rusaklah agama ini.
Bila agama hanya didasarkan
kepada orang-orang yang hatinya
baik dan suci, maka tengoklah
disekitar kita ada orang-orang
yang beragama Nasrani, Hindu atau
Budha dan orang kafir lainnya
liatlah dengan seksama ada
diantara mereka yang sangat baik
hatinya, lemah lembut, dermawan,
bijaksana.
Apakah anda setuju untuk
mengatakan mereka adalah muslim?
Tentu akal anda akan mengatakan
“tentu tidak! karena mereka tidak
mengucapkan syahadatain, mereka
tidak memeluk islam, perbuatan
mereka menunjukkan mereka bukan
orang islam. Tentu anda akan
sependapat dengan saya bahwa
kita menghukumi seseorang
berdasarkan perbuatan yang
nampak(zahir) dalam diri orang itu.
Lalu bagaimana pendapatmu ketika
anda melihat seorang wanita di
jalan berjalan tanpa jilbab, apakah
anda bisa menebak wanita itu
muslimah ataukah tidak?
Sulit untuk menduga jawabannya
karena secara lahir (dzahir) ia
sama dengan wanita non muslimah
lainnya.Ada kaidah ushul fiqih yang
mengatakan “alhukmu ala dzawahir
amma al bawathin fahukmuhu “ala
llah’ artinya hukum itu dilandaskan
atas sesuatu yang nampak adapun
yang batin hukumnya adalah
terserah Allah.
Rasanya tidak ada yang bisa
menyangsikan kesucian hati
ummahatul mukminin (istri-istri
Rasulullah shalallahu alaihi
wassalam) begitupula istri-istri
sahabat nabi yang mulia
(shahabiyaat). Mereka adalah
wanita yang paling baik hatinya,
paling bersih, paling suci dan mulia.
Tapi mengapa ketika ayat hijab
turun agar mereka berjilbab dengan
sempurna (lihat QS: 24 ayat 31
dan QS: 33 ayat 59) tak ada
satupun riwayat termaktub mereka
menolak perintah Allah Ta’ala.
Justru yang kita dapati mereka
merobek tirai mereka lalu mereka
jadikan kerudung sebagai bukti
ketaatan mereka. Apa yang ingin
anda katakan? Sedangkan
mengenai hadits diatas, banyak
diantara saudara kita yang tidak
mengetahui bahwa hadits diatas
ada sambungannya.
Lengkapnya adalah sebagai berikut:
“Dari Abu Hurairah, Abdurrahman
bin Sakhr radhiyallahu anhu dia
berkata, Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat
pada bentuk tubuh-tubuh kalian dan
tidak juga kepada bentuk rupa-rupa
kalian, tetapi Dia melihat hati-hati
kalian “(HR. Muslim 2564/33).
Hadits diatas ada sambungannya
yaitu pada nomor hadits 34
sebagai berikut: “Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada bentuk
rupa kalian dan juga harta kalian,
tetapi Dia melihat hati dan
perbuatan kalian. (HR.Muslim
2564/34).
Semua adalah seiring dan sejalan,
hati dan amal. Apabila hanya hati
yang diutamakan niscaya akan
hilanglah sebagian syariat yang
mulia ini. Tentu kaum muslimin tidak
perlu bersusah payah menunaikan
shalat 5 waktu, berpuasa dibulan
Ramadhan, membayar dzakat dan
sedekah atau bersusah payah
menghabiskan harta dan tenaga
untuk menunaikan ibadah haji
ketanah suci Mekah atau amal
ibadah lainnya. Tentu para sahabat
tidak akan berlomba-lomba dalam
beramal (beribadah) cukup
mengandalkan hati saja, toh
mereka adalah sebaik-baik manusia
diatas muka bumi ini. Akan tetapi
justru sebaliknya mereka adalah
orang yang sangat giat beramal
tengoklah satu kisah indah
diantara kisah-kisah indah lainnya.
Urwah bin Zubair Radhiyallahu anhu
misalnya, Ayahnya adalah Zubair
bin Awwam, Ibunya adalah Asma
binti Abu Bakar, Kakeknya Urwah
adalah Abu Bakar Ash-Shidik,
bibinya adalah Aisyah Radhiyallahu
anha istri Rasulullah Shalallahu
alaihi wassalam.
Urwah lahir dari nasab dan
keturunan yang mulia jangan
ditanya tentang hatinya, ia adalah
orang yang paling lembut hatinya
toh masih bersusah payah giat
beramal, bersedekah dan ketika
shalat ia bagaikan sebatang pohon
yang tegak tidak bergeming karena
lamanya ia berdiri ketika shalat.
Aduhai,..betapa lalainya kita
ini,..banyak memanjangkan angan-
angan dan harapan padahal hati
kita tentu sangat jauh suci dan
mulianya dibandingkan dengan
generasi pendahulu kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon dukungan komentarnya ya