Jumat, 29 Maret 2013

tangis sahabat rosulullah saw

HIKMAH ) TANGISAN UMAR DAN
TIKAR RASULULLAH SAW -
Diriwayatkan oleh Imam Nasai
bahwa pada suatu hari Umar bin
Khattab bertamu ke rumah
Rasulullah SAW. Setelah
dipersilakan masuk, Umar mendapati
Rasulullah sedang duduk di atas
tikar yang terbuat dari anyaman
daun kurma. Saat menjabat tangan
beliau, Umar melihat pada pipi kanan
kiri beliau masih terlihat guratan
bekas anyaman tikar.
Ketika duduk, Umar tercengang
saat mengamati isi rumah Rasul
SAW karena hanya ada sebuah
sarung yang digantungkan di salah
satu sudut rumah. Di sudut lain
dijumpai segenggam gandum dan
sebuah bejana terbuat dari kulit.
Melihat rumah Rasul yang
supersederhana itu, Umar
menangis. Rasul pun menanyakan
gerangan yang membuat Umar
menangis.
Bagaimana aku tidak menangis ya
Rasul, aku melihat guratan
anyaman yang masih membekas di
pipimu. Dan di dalam rumah ini, aku
hanya melihat sebuah sarung,
segenggam gandum, dan bejana
kulit, jawab Umar.
Ia menambahkan, para raja dan
kaisar hidup bergelimang harta dan
kemewahan di istana yang megah.
Tidakkah engkau sebagai manusia
pilihan Allah dapat meminta kepada
Allah agar bisa hidup
berkecukupan?
Rasul balik bertanya kepada Umar.
Tidakkah engkau lebih senang
wahai Umar, jika kita dapat
memperoleh kebahagiaan akhirat,
sedangkan mereka (para raja dan
kaisar) memperoleh kenikmatan
dunia? Umar pun mengiyakan.
Kesederhanaan Rasulullah sangat
patut diteladani. Hidup beliau
sangat bersahaja, tidak berlebih-
lebiha �n, tidak bermewah-
mewaha �n, dan tidak boros
(israf). Beliau tidak pernah
menumpuk harta. Juga tidak
menghalalkan segala cara untuk
meraih kekuasaan dan kenikmatan
duniawi.
Rumah pun hanya beratapkan
jerami. Makanannya yang paling
mewah dan jarang dinikmatinya
adalah madu, susu, dan lengan
kambing. Menurut sebuah riwayat,
Rasul hanya memiliki sebuah harta
yang paling mewah berupa
sepasang alas kaki berwarna
kuning, hadiah dari Negus Abbisinia.
Meskipun sudah menguasai seluruh
Jazirah Arabia, namun Rasulullah
SAW tetaplah seorang pribadi yang
sederhana dan jauh dari
kemewahan. Sepanjang hayatnya,
Nabi SAW adalah orang yang
konsisten pada pola hidup yang
sederhana, bersih, dan sehat.
Ketika beliau wafat, tidak banyak
harta yang ditinggalkannya �.
Amru bin Harits meriwayatkan,
Rasulullah SAW ketika wafat tidak
meninggalkan dinar, dirham, hamba
sahaya lelaki atau perempuan, dan
hanya meninggalkan keledai putih
yang biasa dikendarainya dan
sebidang tanah yang disedekahkan
untuk kepentingan orang rantau
(HR. Bukhari).
Sebagai umatnya, tentu kita harus
banyak belajar hidup sederhana
karena memang Islam tidak
menganjurkan kita semua untuk
hidup bermewah-mewaha �n,
berlebih-lebiha �n, dan boros. (QS
al-Furqan [25]: 67).
Hal ini menunjukkan bahwa hidup
sederhana dan proporsional
merupakan pilihan tepat dan
rasional karena akan membawa
ketenangan, dan jauh dari
keserakahan.
Seorang pemimpin yang sederhana,
tampil apa adanya, dan merakyat,
akan dicintai rakyatnya. Pemimpin
yang gemar memperkaya diri,
menggendutkan rekeningnya, lebih-
lebih hasil korupsi, membawa umat
kepada cinta keduniaan secara
berlebihan, pasti akan dibenci,
kelakuannya berbeda, bahkan bila
pemimpin ia ditumbangkan oleh
rakyatnya sendiri.
( Catatan )
Pemimpin disini yang standarisasi
Quran dan Sunnah, tunduk pada
Syariat bukan yg lainnya, kalau
bicara keteladanaan Umar, Abu
Bakar, Utsman Dan Ali, jangan
dilupakan pokok utamanya yaitu
mereka memegang teguh Syariat
Islam sbg tanda menyembah Allah
SWT sbg pemimpin, makanya rata2
pemimpin seperti firaun, Abu Jahal
dsb sulit karena harus bertahkim
kepada Risalah Islam dalam
posisinya sbg Raja, dan bukan cuma
sekedar ibadah ritual belaka,
karena Islam gak hanya itu. Maka
tidak heranlah jaman Jahiliyah dulu
dan sekarang bagai tidak ada
bedanya dalam jenis, jumlah
kemaksiatan.
Belajar sederhana merupakan salah
satu kunci hidup sukses dan
bahagia, cukup pengakuan Allah
SWT bukan publikasi, dan kehidupan
yang semata perbaikan duniawi
tetapi akhirat diabaikan.
Hatinya yang sederhana maka
tangan terlatih memudahkan
tangan berinfaq, karena ketika
dunia menghampiri ia akan gunakan
untuk kebahagiaan akhirat yang
kekal dan abadi. Dunia dalam
tunggangan, karena jiwanya
terbebaskan dari ambisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon dukungan komentarnya ya