Minggu, 24 Maret 2013

DOA MEMPERTAHANKAN NIKMAT

( AMALAN ) DOA
MEMPERTAHANKAN NIKMAT -
Setiap orang tentu ingin selalu
sehat, hidup kecukupan, merasakan
kebahagiaan dan lancar segala
urusannya. Setiap orang tentu tak
ingin sakit-sakitan, miskin,
sengsara, hidup serba susah dan
selalu ditimpa musibah. Setiap
orang tentu ingin kenikmatan yang
Allah karuniakan kepadanya
senantiasa awet, terjaga dan tak
cepat hilang. Kenikmatan yang
Allah karuniakan kepada kita
haruslah kita pelihara. Kita harus
memanfaatkan kenikmatan
tersebut untuk hal-hal posotif
yang telah ditetapkan oleh Allah.
Selalu bersyukur dan memuji Allah
dengan lisan dan hati adalah
bagian sangat penting dalam
memelihara kenikmatan Allah
Ta’ala.
Nikmat tangan, misalnya. Hati kita
harus bersyukur kepada Allah atas
dua tangan yang sehat dan kuat
yang dilimpahkan-Nya kepada
kita. Lisan kita harus senanatiasa
melantunkan pujian kepada Allah
atas karunia dua tangan tersebut.
Secara fisik, tangan harus kita
pergunakan untuk amal-amal yang
membawa manfaat bagi kehidupan
dunia dan akhirat kita.
Di samping itu semua, kita berdoa
kepada Allah semoga kenikmatan
tersebut senantiasa terjaga dan
tidak berubah menjadi bencana.
Dari Abdullah bin Umar radiyallahu
‘anhuma berkata: “Di antara doa
yang biasa dibaca oleh Rasululullah
shallallahu ‘alaihi wa salam adalah:
« َّﻢُﻬﻠﻟﺍ ُﺫﻮُﻋَﺃ ﻲِّﻧِﺇ َﻚِﺑ ْﻦِﻣ ِﻝﺍَﻭَﺯ
ِﻝُّﻮَﺤَﺗَﻭ ،َﻚِﺘَﻤْﻌِﻧ ،َﻚِﺘَﻴِﻓﺎَﻋ ِﺓَﺀﺎَﺠُﻓَﻭ
ِﻊﻴِﻤَﺟَﻭ ،َﻚِﺘَﻤْﻘِﻧ َﻚِﻄَﺨَﺳ »
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
dari lenyapnya nikmat-Mu,
beralihnya kesehatan dari-Mu,
mendadaknya hukuman dari-Mu dan
seluruh kemurkaan-Mu.” (HR. Muslim
no. 2739, Al-Hakim no. 1946 dan
Al-Baghawi no. 1368)
Hilangnya nikmat, misalnya, nikmat
dua tangan diambil kembali oleh
Allah dengan menurunkan ujian
berupa kelumpuhan atau penyakit
yang mengakibatkan tangan harus
diamputasi.
Beralihnya kesehatan adalah
perubahan suasana dari semula
sehat wal afiat menjadi sakit
karena ditimpa oleh penyakit
tertentu.
Mendadaknya hukuman adalah Allah
tiba-tiba menghukum hamba-Nya
atas sebuah dosa dan pelanggaran
yang dilakukannya.
Adapun kemurkaan Allah adalah
musibah yang paling berat. Jika
Allah telah memurkai kita dan tidak
ridha kepada kita, maka semua
kenikmatan hidup duniawi tidak
akan ada nilainya lagi di akhirat
kelak.
Apalagi jika nikmat itu berupa
keimanan dan keislaman, maka
lenyapnya nikmat tersebut
merupakan musibah terbesar dalam
kehidupan seorang hamba. Maka
pelihara dan ikatlah nikmat Allah
dengan erat, agar nikmat itu tidak
dicabut-Nya akibat kelalaian kita
sendiri. Wallahu a’lam bish-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon dukungan komentarnya ya