Rabu, 10 Juli 2013

PENDIDIKAN RUHANI

PENDIDIKAN KUALITAS RUHANI - Ramadhan itu
sekolah? Sekolah itu gratis? Benar,
puasa Ramadhan adalah semacam
sekolah karena dengannya kita dididik
secara sistimatis dalam hal kebaikan.
Benar, sekalipun kita mendapatkan
pendidikan yang berkualifikasi terbaik
ternyata untuk itu kita tak harus
pusing memikirkan biayanya, karena
cuma-cuma.

Ramadhan adalah bulan untuk belajar.
Belajar apa? Pertama, belajar peka
terhadap lingkungan sekitar. Dengan
berpuasa, kita dapat merasakan
bagaimana orang yang kurang
beruntung menahan lapar dan dahaga
setiap hari. Kita yang berpuasa, masih
dapat makan dan minum setelah saat
berbuka tiba. Bayangkanlah Si Miskin
saat mereka harus menahan lapar dan
dahaga selama berhari-hari.
Bulan Ramadhan juga memberikan
kesempatan besar untuk berbagi
kepada sesama. Bagi yang memberikan
makanan berbuka kepada orang yang
berpuasa, akan mendapatkan pahala
sebesar yang didapat orang yang
berpuasa itu tanpa mengurangi pahala
orang tersebut. Pahala tersebut
akan diberikan Allah, meskipun yang
diberikan untuk berbuka itu hanya
sebuah kurma atau seteguk air.
Maka, sungguh merugi jika di bulan
penuh berkah ini kita tak belajar peka
terhadap keadaan sekitar.
Kedua, belajar lebih sabar. Puasa
mendidik kita untuk lebih sabar. Inti
puasa adalah menahan hawa nafsu.
Semua nafsu –seperti nafsu makan-
minum, nafsu marah, nafsu syahwat-
kita kendalikan.
“Kesabaran itu ada tiga macam:
sabar menghadapi musibah, sabar
untuk taat, dan sabar menghindari
maksiat” (HR Ibnu Abud-Dunya). Lalu,
bagaimana dengan ungkapan yang
popular di tengah-tengah
masyarakat bahwa “Sabar itu ada
batasnya”? Ungkapan itu tak
berdasar. Kita harus ikhlas menerima
dan menghadapi segala macam
masalah yang ada.
Al-Quran mengatakan,
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Dan, sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS
Al-Baqarah [2]: 45).
Jika memperhatikan ayat di atas,
sabar (bersama shalat) merupakan
media penolong terpenting saat kita
disergap masalah. Dengan demikian,
maukah kita membatasi sabar yang
berarti mempersempit dan bahkan
menutup peluang kita untuk keluar
dari masalah yang mengepung kita?
Maka, dengan logika sederhana itu,
bagi kaum beriman sabar itu sungguh
tidak berbatas.
Ketiga, belajar disiplin. Bulan
Ramadhan tanpa sadar mengajarkan
kita berdisiplin. Contoh kecil, waktu
makan menjadi lebih teratur. Waktu
sahur, kita bersegera bangun. Saat
berbuka puasa, kita bahkan sudah
bersiap-siap di depan makanan
beberapa menit sebelumnya.
Sementara, jika di hari-hari di luar
Ramadhan, banyak dari kita yang
makan tanpa jadwal yang jelas karena
berbagai alasan. Akibatnya apa?
Karena tidak disiplin dengan pola
makan, maka kita berpeluang dihampiri
berbagai penyakit.
Keempat, belajar jujur. Puasa
mengajarkan kita untuk jujur. Lewat
puasa Ramadhan kita dilatih berlaku
jujur. Misal, sekalipun kita memiliki
kesempatan untuk makan dan minum di
tempat terlindung, tapi itu tidak
dilakukan karena kita sedang
berpuasa dan yakin bahwa perbuatan
apapun pasti dilihat Allah. Saat
berpuasa, kita dilatih untuk menyadari
bahwa Allah selalu hadir di manapun
kita berada.
Dengan gambaran di atas, sungguh
menyenangkan, bukan? Ramadhan
adalah sekolah dengan kurikulum hebat
tapi tak menarik bayaran sedikitpun.
Bersyukurlah jika kita masih
berkesempatan bersekolah gratis di
Madrasah Ramadhan. Belum tentu
tahun depan kita mempunyai
kesempatan yang sama. Untuk itu,
sebagaimana murid yang mau masuk
sekolah, maka fisik dan mental harus
dipersiapkan secara baik dalam
menyambut sekolah gratis ini. Rugi jika
kita akan mendapatkan pelajaran
hebat tapi kita tidak siap
menerimanya. Jadi, jangan sia-siakan
Ramadhan.
Kelak, setelah puasa Ramadhan
selesai, seharusnya setiap orang
menjadi lebih baik karena sudah
ditempa di Madrasah Ramadhan.
Misal, orang yang dulu malas-malasan
shalat lima waktu, seharusnya menjadi
sadar dan rutin mengerjakannya di
luar bulan Ramadhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon dukungan komentarnya ya