Rabu, 24 April 2013

NIKAH

LIHAT AGAMA CALON
PASANGAN - Sering terdengar
Orang-orang yang berpacaran dan
melakukan penjajakan selama
bertahun-tahun, bahkan sebagian
tinggal serumah tanpa ikatan.
Suatu saat mereka kemudian siap
menikah, namun rumah tangganya
terbukti hanya mampu bertahan
dalam hitungan bulan. Sekali lagi,
mengapa?
Hadits Abu Hurairah yang
diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim,
Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam berpesan agar
mengutamakan faktor agama dan
keshalihan dalam memilih calon
suami/istri. Diantara empat faktor
yang biasanya melatari pilihan
seseorang, yaitu kecantikan/­
ketampanan, kekayaan, status
sosial, dan agama, beliau
menyarankan untuk
mengedepankan sisi agama, agar
kita beruntung.
Seseorang berkonsultasi kepada
al-Hasan al-Bashri, Saya memiliki
seorang anak gadis, dan ia sudah
dilamar orang. Kepada siapa saya
harus menikahkannya? Maka, beliau
pun menjawab, Nikahkan dia dengan
orang yang bertakwa kepada Allah.
Jika orang itu mencintai putrimu, ia
akan memuliakannya; dan jika ia
membencinya, ia tidak akan
menzhaliminya.
Jadi, inilah rahasianya: perlakuan
yang layak, pergaulan yang
menyenangkan, dan kehidupan yang
tenang. Bukankah semua itu yang
paling dirindukan oleh setiap orang,
sehingga ia berharap suatu saat
bisa berkata: rumahku adalah
surgaku ?
Nasehat al-Hasan diatas bisa juga
dimaknai bahwa agama dan
ketakwaan bukan hanya nama dan
kualifikasi akademis; namun perilaku
dan tindak-tanduk. Walau pun
seseorang sangat mahir ilmu-ilmu
agama, namun jika perilakunya tidak
mencerminkan orang berilmu
(apalagi orang beragama),
sebenarnya dia termasuk orang
bodoh dan belum beragama.
Menurut Islam, ilmu dipelajari untuk
diamalkan, mengubah perilaku, dan
diambil manfaatnya sehingga
memberi kontribusi positif kepada
kehidupan, bukan hanya untuk
dipamerkan dan dibangga-
banggakan.
Al-Hasan al-Bashri berkata, Dulu,
bila seseorang telah mempelajari
satu bab dari ilmu, maka tidak lama
kemudian (pengaruhnya) bisa
dilihat pada kekhusyuannya,
matanya, lisannya, tangannya,
kezuhudannya, keshalihannya, dan
seluruh tubuhnya. Jika seseorang
telah benar-benar mengkaji satu
bab ilmu (seperti itu), sungguh itu
lebih baik dibanding dunia dan
seisinya. (Riwayat Ibnu Batthah
dalam Ibthalul Hiyal).
Bukan lagi seorang yang terlihat
alim namun masih pacaran, amal
shaleh akan nampak kepada
pengamalannya dengan nilai Islam
pada kehidupan sehari-hari, ia
faham pacaran lebih banyak
mudharat bahkan mendekati zina
sebagai seburuk-buruknya jalan.
Islam yang nampak pada
seseorang akan menyeluruh bukan
sebagian apalagi mengikuti trend
budaya barat, yang kebanyakan
bertentangan dengan Agama,
mengkaburkan nilai-nilai Islam
dengan alasan trend, kebutuhan,
dsb. Padahal ini hanya ujian kecil
dalam ketaatan, yang harus dilalui
sebagai kebaikan dalam hidup
seseorang.
Iman adalah cinta dan
pembuktiannya, hidupnya akan
cenderung mengarah kepada
agama, dan dakwah. Dirinya tidak
akan membiarkan pelanggaran,
karena iman dan ilmunya
menjaganya, serta terus memohon
kepada Allah SWT agar hatinya
terpimpin dalam taqwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon dukungan komentarnya ya