Jumat, 31 Mei 2013

Keluarga sakinah

MERENCANAKAN
MASA DEPAN KELUARGA
SAKINAH - Bagi orang yang
hendak menikah hendaknya hati-
hati dalam mencari jodoh hingga
menemukan calon yang benar-
benar bagus yang sesuai dengan
harapannya, sehingga mampu
mewujudkan kehidupan damai,
bahagia dan tenteram. Jika salah
satu pihak timbul kebencian maka
tidak cepat menjatuhkan vonis
thalak karena di balik kekurangan
insya Allah ada kelebihan,
sebagaimana sabda Rasulullah.
َﻻ ﻙﺮﻔﻳ ًﺔَﻨِﻣْﺆُﻣ ٌﻦِﻣﺆُﻣ ْﻥِﺇ َﻩِﺮَﻛ
ﺎﻬْﻨِﻣ َﻲِﺿَﺭ ًﺎﻘْﻠَﺧ ﺎﻬْﻨِﻣ َﺮَﺧﺁ ْﻭَﺃ
َﻝﺎَﻗ ُﻩَﺮْﻴَﻏ
"Janganlah seorang mukmin benci
kepada seorang mukminah, sebab
jika benci kepada salah satu
perangai maka akan rela dengan
akhlak yang lain atau beliau
bersabda yang lainnya". [HR
Muslim].
Bersikap lapang dada untuk
menerima kekurangan dan
kelemahan masing-masing serta
berusaha menumbuhkan rasa kasih
sayang dan sikap pemaaf. Dan
semua pihak yang dimintai maaf
hendaklah segera memberikan
maaf, agar hati kembali bercahaya
dan bersih dari perasaan jengkel,
kesal dan dengki.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda.
ﺎَﻟَﺃ ْﻢُﻛُﺮِﺒْﺧُﺃ ْﻢُﻜِﺋﺎَﺴِﻨِﺑ ﻲﻓ
ﺎَﻨْﻠُﻗ ؟ِﺔَّﻨَﺠﻟﺍ ﻰﻠَﺑ ﺎَﻳ َﻝْﻮُﺳَﺭ
،ﻪﻠﻟﺍ َﻝﺎَﻗ ٌﺩْﻮُﻟَﻭ ٌﺩْﻭُﺩَﻭ ﺖﺒﻀﻏ ْﻭَﺃ
ﻲﺳﺃ ﺎﻬْﻴَﻟِﺇ ْﻭَﺃ ﺎﻬُﺟْﻭَﺯ َﺐَﻀَﻏ ْﺖَﻟﺎَﻗ
ﻩﺬﻫ ﻱِﺪَﻳ ﻲﻓ َﻙِﺪَﻳ ُﻞِﺤَﺘْﻛَﺃ َﻻ ٍﺾْﻤَﻐِﺑ
ﻰﺘﺣ ﻰَﺿْﺮَﺗ
"Maukah aku khabarkan kepada
kalian tentang isteri kalian yang
berada di surga? Kami berkata,”Ya,
wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,
"Dia adalah wanita yang sangat
mencintai lagi pandai punya anak,
bila sedang marah atau sedang
kecewa atau suaminya sedang
marah maka ia berkata: Inilah
tanganku aku letakkan di tanganmu
dan aku tidak akan memejamkan
mata sebelum engkau ridha
kepadaku." [HR At Thabrani].
Mempelajari ilmu yang bermanfaat,
beramal salih, membaca,
mendengarkan berita-berita
bermanfaat, kaset-kaset murattal
dan ceramah agama yang bisa
menambah kwalitas dan mutu
keimanan kepada Allah, dan tidak
terbawa oleh budaya rusak dan
akhlak tercela, hingga bisa
bersabar dan tabah dalam
menghadapi berbagai sikap semena-
mena dan penelantaran hak-hak
rumah tangga dari masing-masing
pihak, karena semua itu akan
diganti oleh Allah dengan sesuatu
yang lebih bagus.
Menjauhkan diri dari pandangan
yang diharamkan, karena yang
demikian itu merupakan panah iblis
yang bisa menjerumuskan diri
kepada perbuatan haram, atau
sang suami kurang puas dan
merendahkan isteri sehingga
muncul percekcokan dan
pertengkaran.
Telpon bisa menjadi sebab segala
bentuk kehancuran dan musibah
rumah tangga, karena membawa
hanyut wanita pelan-pelan ke dalam
kerusakan dan fitnah, hingga
berani keluar rumah sesuka hatinya
tanpa ada yang mengawasi dan
memantau, serta tanpa ditemani
mahram ketika pergi ke pasar atau
rumah sakit atau yang lainnya,
hingga timbul berbagai musibah dan
bencana yang menimpa manusia
baik laki-laki atau perempuan.
Bersikap wajar dalam mengawasi
isteri dan selalu mengambil jalan
tengah antara memata-matai dan
bersikap was-was dan antara sikap
lalai dan cemburu buta.
Kemesraan, kebahagian dan
ketenangan hidup isteri bersama
suami adalah sesuatu yang paling
mahal dan tidak ada yang bisa
menandinginya walau dengan orang
tua dan keluarga. Dengan modal itu
segala problem kejiwaan dan
gangguan mental seperti kesepian
akibat jauh dari keluarga bisa
terobati. Tidak sepantasnya
seorang gadis menolak lamaran
laki-laki yang sesuai dan cocok baik
dari sisi agama, akhlak dan tabiat.
Termasuk langkah menghidupkan
sunnah sahabat dan salafus salih
orang tua hendaknya melamar
pemuda salih untuk puterinya dan
membantu meringankan beban biaya
pernikahan, sebagaimana riwayat
dari Umar bin Khaththab, beliau
berkata :
"Saya datang kepada Utsman bin
Affan untuk menawarkan Hafshah
maka ia berkata,” Saya akan
pikirkan dahulu”. Saya (Umar)
menunggu beberapa malam lalu ia
bertemu denganku dan ia berkata,”
Untuk sementara saya tidak punya
keinginan untuk menikah”. Umar
berkata,” Saya bertemu Abu Bakar
As Shiddiq dan saya berkata
kepadnya,” Jika engkau setuju
maka aku akan menikahkanmu
dengan Hafshah binti Umar. Abu
Bakar terdiam dan tidak memberi
jawaban apa-apa. Aku menahan
perasaan dari Abu Bakar
sebagaimana Utsman lalu setelah
aku menunggu beberapa malam
Rasulullah melamar Hafshah dan
saya menikahkan dia dengan beliau.
Lalu aku bertemu Abu Bakar dan dia
berkata,” Barang kali kamu kecewa
denganku ketika engkau
menawarkan Hafshah kepadaku
tapi aku tidak memberi jawaban
apapun”. Umar berkata,” Aku
berkata,” Ya”. Abu Bakar berkata,”
Bukan saya tidak mau menanggapi
tawaranmu, namun saya telah
mengetahui bahwa Rasulullah
pernah menyebutnya dan aku tidak
mau menyebarkan rahasia
Rasulullah. Jika seandainya
Rasulullah tidak menikahinya maka
aku akan menerima tawaranmu itu".
([HR Bukhari].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon dukungan komentarnya ya