Kamis, 09 Mei 2013

Cerita sedekah

BERSEDEKAH JUGA
BENTUK USAHA KITA - Setelah
saya keluar dari penjara yang
kedua kalinya di tahun 1999, saya
berinteraksi dengan sedekah.
Ketika saya membuka klinik
konseling dan spiritual dari satu
daerah ke daerah lain selama lima
tahun saya dan teman-teman di
pondok pesantren dan majelis
bergerak melayani masyarakat,
membantu keinginan mereka
dengan jalan bersedekah. Saya dan
kawan-kawan menjadi kaya dengan
testimoni sedekah. Contohnya saja
tentang seorang perempuan
berusia 37 tahun yang tidak
kunjung dapat jodoh. Setelah balik
dari berkonsultasi dengan kami dia
langsung mampir ke masjid terdekat
dan menanyakan apa yang bisa
disumbangkan. Kebetulan masjid
tersebut perlu donatur untuk lantai
yang sedang di lelang.
Permeternya 150 ribu. Si
perempuan yang sudah 37 tahun
belum punya jodoh itu bersedekah
600 ribu atau empat meter lantai.
Subhanallah, dalam seminggu
setelah itu, ada empat orang yang
melamar dia.
Nah kisah-kisah ini bisa menjadi
baik kalau kita sampaikan pada
orang lain supaya orang lain
tergerak. Jadi kita memberi contoh.
Kalau dalam urusan sedekah itu
kita bicara doing is believing. Lakuin
saja nanti elo pada percaya. Saya
menulis buku berjudul 5+1 yang
berisi cerita-cerita yang
mengagumkan. 5 + 1 itu artinya
begini. Satu kita kudu tahu bahwa
setiap kebaikan itu betul-betul
akan berbuah kebaikan, termasuk
sedekah. Yang kedua setelah
tahun kita harus yakin. Habis yakin
kita harus amalkan sendiri. Kenapa
harus diamalkan? Untuk
membuktikan kebenarannya itu!
Yang ke lima kita harus rasakan
sendiri. Yang ke enam adalah
ceritakan apa yang kita lakukan.
Lho, usaha orang yang bermasalah
itu, mendekatkan diri kepada Allah
itu usaha. Tidak bisa dibilang tidak
usaha. Secara psikologis misalnya
begini, istri anda sedang sakit di
rumah sakit. Kemudian Allah dan
rasulnya menawarkan, kalau istri
mau cepat sembuh segera berbuat
baik pada orang lain. Nah anda
kemudian berjalan dengan istri
yang sedang sakit itu
menyambangi orang-orang yang
sudah mau dipotong kakinya, orang
yang sudah nafasnya sudah mau
mati, seketika itu menjadi obat
juga. Dan itu adalah usaha. Dalam
artian menyadari mereka sakit tapi
tak punya duit buat berobat. Saya
sakit, istri saya sakit tapi bisa ke
rumah sakit manapun mampu. Orang
lain sakit, tidak punya cucu, tidak
punya anak, kerabat di sekitar
tempat tidur dia. Saya sakit,
subhanallah banyak orang di
sekitar saya. Itu sudah menjadi
obat. Makanya ada efek psikologis
yang mungkin Allah dan rasulnya
tidak mensyiarkan secara
langsung. Kitalah yang merasakan
Kebahagiaan itu bukan pada
menerima tapi pada memberi.
Saya bismillah, ini adalah sedekah
saya juga, gitu kan. Sedekah ide
cerita, sedekah pikiran, sedekah
tenaga. Ketika dapat respon dari
masyarakat, saya tidak berpikir
ingin mendapatkan popularitas.
Saya berpikir tentang bahwa saya
sudah masuk di mata rantai
kebaikan. Jadi demi Allah ketika ada
orang bilang ustad, saya daftar
haji besok, saya merasa itu adalah
ibadah saya dan teman-teman lain
juga yang ikut mengusung sinetron
ini.
Allah mengatakan dalam surat An
Nisa ayat 85 bahwa perbuatan
baik itu bukan pada yang kita
lakukan saja tapi yang orang
lakukan gara-gara kita mendorong
perbuatan baik itu menjadi ada.
Dari
Interview 2006
Ust Yusuf Mansur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon dukungan komentarnya ya